Sunday, March 20, 2016

10 Ribu oh Sepuluh Ribu.. Ouch.. Part 3...

karena kasihan melihat pipi peni yang penuh oleh makanan-makanan yang ia ambil, popay pun tergerak hatinya untuk membantunya menghabiskan makanan-makanan tersebut.. dengan wajah yang penuh senyum popay pun mengambil sumpitnya dan dengan gerakan yang gesit dan cepat ternyata ia memasukan semua makanan yang belum habis itu ke dalam kotak makan yang ia bawa.. melihat itu saya pun terkejut, ternyata ada udang di dalam kotak makan, upss, maksudnya ada udang di balik batu.. dengan cepat popay pun memasukan makanan yang tidak mampu peter habiskan tersebut.. terlihat sosis sapi, daging sapi, udang goreng, dll mengisi kotak makan berwarna putih susu sapi yang ia bawa.. sambil menengok ke kanan dan ke kiri dengan cepat popay memasukan kotak makan yang ia keluarkan tersebut ke dalam tas yang ia bawa.. beruntung ia tidak ketahuan oleh petugas disana.. singkat cerita, setelah makanan yang kami makan disapu bersih oleh popay, kami pun segera meminta bill untuk pembayan.. dengan badan tegap dan penuh senyum popay pun berkata ", sini gabung aja duitnya nanti aku yang bayar, sedangkan peni terlihat masih sibuk mengunyah makanan yang ada di pipinya sambil memberikan uang kepada popay, sedangkan saya terlihat ragu dan bertanya kepada popay dengan keringat yang terus bercucuran karena saya merasa ada yang tidak beres, pay kau yakin cuma 115rb?... jawab popay dengan penuh percaya diri, bibir yang penuh senyum dan badan yang tegap.. ," ia.. tenang aja.. duit kita pasti cukup.. bahkan ada kembalinya", ucap popay dengan lugas.. 

karena melihat kepercayaan dirin popay, saya pun menyerahkan duit saya.. akhirnya tiba di depan meja kasir.. tiba".. mba resepsionis berkata, duitnya kurang 10rb.. oh my goooddd.. kami semua terkejut.. popay yang tdnya tersenyum terlihat begitu terkejud dengan keringat yang bercucuran.. masak si? koq bs? pasti mba nya salah, ucapnya sambil berjalan berkeling-keliling meja resepsionis, sedangkan peni terlihat termenung sambil meratapi isi dompetnya yang tingal 500 perak.. dan sedangkan saya hanya bisa berkeringat dan mencoba mengigat apakah atm danone saya masih tersisa atau tidak.. tanpa pikir panjang saya mengajak peni untuk menemani saya mencari atm danone yang terletak di lantai paling atas, sedangkan popay, saya meminta dia untuk menunggu di hanamasa.. dengan perut saya yang kekenyangan dan mulut peni yang terlihat masih mengunyah makananan, kami pun berlari menuju eskalator untuk sampai di lantai tiga.. berhubung atm danone berada di lantai 5, dan eskalator hanya sampai di lantai tiga., kami memutuskan untuk mencari lift agar dapat sampai kesana.. sesampainya di lantai tiga, kami pun segera menuju lift tanpa bertanya-tanya kepada orang sekitar lift yang mana yang menuju lantai 5 karena keadaan sedang panik dan toko-toko disana sudah banyak yang mw tutup.. sesampainya di lift..

kami pun memencet tombol lantai lima dengan keringat yang bercucuran dan tenaga yang sudah hampir habis.. singkat cerita.. kami pun akhirnya sampai di lantai lima.. sesampainya disana, kami pun terkejut, karena yang kami temukan hanyalah sebuah restoran dan kami tidak menemukan atm sama sekali.. akhirya peni mengusulkan untuk mencoba naik lift ke lantai 8.. saya pun menyetujuinya karena berfikir atm tersebut sudah beganti tempat.. sesampainya dilantai 8, terkejutlah kami karena kami menemukan sebuah ball room yang besar,gelap dan tidak ada orang sama sekali disana.. melihat itu saya pun memutuskan untuk turun ke lantai 3 kembali, akan tetapi saat kami ingin turun.. peni mengeluhkan kalau perutnya sakit.. sehingga ia meminta saya untuk turun duluan.. 

Labels: , , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home